Ranting NU Pelem – KH. Dahlan Abdul Qohar lahir pada bulan Maret 1897 di Kertosono dan dikenal sebagai ulama berpendidikan tinggi. Dia lulus dari HIS dan MULO, sekolah yang didirikan oleh Belanda, yang membuatnya fasih berbahasa Belanda. Kemudian, KH. Dahlan mendalami ilmu agama Islam di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Pondok Pesantren Jamsaren Solo. Ia juga pernah belajar di Madrasah Tsanawijah di Makkah dan memperdalam bahasa Arab serta berwawasan luas.
Pada tahun 1920, KH. Dahlan bekerja sebagai kontraktor di jawatan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Namun, pada tahun 1923, ia memutuskan untuk menjadi Imam Masjid dan Guru Madrasah di Kertosono.
KH. Dahlan dipilih sebagai anggota Komite Hijaz pada tahun 1925 bersama dengan dua ulama lainnya, KH. Abdul Wahab Hasbullah dan Syaikh Ghanaim al-Misri. Komite ini mencegah dominasi kaum Wahabi di Saudi Arabia dan mendesak pemerintah Arab Saudi agar memberi kebebasan kepada umat Islam di Arab untuk melakukan ibadah sesuai dengan madzhab mereka. Langkah ini membuat ulama Islam Nusantara dihormati oleh negara-negara Islam dan dunia internasional.
Pada tanggal 31 Januari 1926, KH. Dahlan menjadi salah satu anggota yang mengesahkan berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang berhaluan Ahlulsunah wal jamaah. Dia didaulat menjabat sebagai sekretaris PBNU yang berkantor di Surabaya.
KH. Dahlan juga merupakan jurnalis yang piawai dan merintis Tabloid “Suara Nahdlatul Ulama” pada tahun 1930. Media ini menjadi saluran informasi agama dan isu-isu kebangsaan bagi umat Islam pada masa akhir kolonial Belanda. Media ini juga berperan sebagai penggalang persatuan bangsa.
KH. Dahlan bergabung ke dalam organisasi Barisan Pelopor atau Suishintai yang dibentuk oleh Ir. Sukarno pada tahun 1944 selama masa pendudukan Jepang di Nusantara. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, KH. Dahlan ditunjuk sebagai penghulu atau Kepala Departemen Agama di Kabupaten Nganjuk.
Pada tahun 1952, KH. Dahlan menjadi salah satu pendiri Partai Nahdlatul Ulama. Kharisma besarnya mampu menyedot massa yang besar dari masyarakat Nganjuk untuk bergabung ke dalam Partai Nahdlatul Ulama dan menjadikan Partai Komunis Indonesia (PKI) sulit berkembang di Nganjuk. KH. Dahlan terpilih sebagai perwakilan anggota konstituante dari Nganjuk pada Pemilu tahun 1955 dan menjabat dari tahun 1956 hingga 1959. Di masa tuanya, KH. Dahlan masih aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama di Kabupaten Nganjuk dan pencak silat.
Selain berperan besar dalam mendirikan dan mengembangkan NU, KH. Dahlan juga dikenal sebagai sosok ulama yang sangat dekat dengan masyarakat. Ia sering memberikan ceramah di masjid-masjid dan pondok pesantren, serta memberikan bimbingan dan nasihat kepada para santri.
Meskipun banyak jasa-jasanya dalam memperjuangkan Islam dan kemerdekaan Indonesia, namun sayangnya nama KH. Dahlan Abdul Qohar jarang dikenal dan diingat oleh masyarakat. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya eksposur dan dokumentasi mengenai sosok ulama ini.
Namun demikian, jasa-jasa KH. Dahlan Abdul Qohar tidak boleh dilupakan dan harus tetap diapresiasi oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutama oleh umat Islam. KH. Dahlan Abdul Qohar adalah salah satu tokoh yang berjuang keras untuk mempertahankan keberadaan agama Islam dan mendorong persatuan bangsa Indonesia, dan semangat perjuangannya harus diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Sumber : Akun Facebook Ari Khozin Efendi