Rais ‘Aam PBNU yang dihormati: Profil KH Achmad Siddiq

Ranting NU Pelem – KH Achmad Siddiq, Rais ‘Aam PBNU 1984-1991, adalah putra bungsu dari pasangan KH Muhammad Siddiq dengan Nyai Maryam. Ia lahir di Talangsari, Jember, Jawa Timur pada 10 Rajab 1344 H/24 Januari 1926. Kepribadiannya yang tenang membuatnya disegani oleh teman-temannya, termasuk saat belajar di Pondok Pesantren Tebuireng yang diasuh oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Di sana, ia juga berteman dengan Kyai Muchith Muzadi, yang kemudian menjadi mitra diskusinya dalam merumuskan konsep-konsep strategis mengenai ke-NU-an, seperti dalam buku Khittah Nandliyah dan Fikroh Nandliyah.

Pengabdiannya di pemerintahan dimulai sebagai kepala KUA (Kantor Urusan Agama) di Situbondo. Saat itu, departemen Agama dikuasai oleh tokoh-tokoh NU, dengan Menteri Agama adalah KH. Wahid Hasyim (NU), sehingga kariernya di pemerintahan melonjak cepat. Dalam waktu singkat, Kyai Achmad Shiddiq menjabat sebagai kepala, kantor Wilayah Departemen Agama di Jawa Timur.

Pada 23 Juni 1947, ia menikah dengan seorang wanita bernama Solehah yang kemudian meninggal tahun 1955. Kemudian, ia menikah kembali dengan Nyai Nihayah dan dikaruniai 13 putra-putri. Namun, dua di antaranya meninggal. Selain menjabat sebagai Rais ‘Aam PBNU, ia juga pernah menjadi anggota DPR RI pada Pemilu tahun 1955.

KH Achmad Siddiq meninggal pada 23 Januari 1991 di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Aulia di Desa Mojo, Kediri atas permintaan KH Hamim Tohari Djazuli Ploso Kediri saat masih hidupnya. Keberadaannya sebagai Rais ‘Aam PBNU selama tujuh tahun (1984-1991) sangat memberikan banyak inspirasi bagi generasi muda untuk terus memperjuangkan perkembangan pesantren dan juga perubahan dalam bidang politik.

KH Achmad Siddiq juga menuangkan gagasannya dalam bentuk karya tulis yang telah diterbitkan, antara lain.

1. Pedoman berpikir Nahdlatul Ulama (FOSSNU Jatim, 1969)

2. Khittah Nahdliyyah (terbit pertama di Jember, April 1979)

3. Islam Pancasila dan Ukhuwah Islamiyah (wawancara dengan Fahmi D. Saifuddin, LTNNU, 1985)

4. Pemikiran KH Achmad Siddiq (Aula, 1992)

5. Al-Hajj Ahmad Shiddiq al-Maulud fi Jimbar (tanpa tahun)

6. Dzikru al-Ghafilin liman Ahabba an Yasraha maa al-Auluya wa ash-Shalihin Majmuah (tanpa tahun)

7. Achmad Shiddiq al-Aurad fi al-Ma’had al-Islami ash-Shiddiqi Majmu’ah (1412 H)

Sumber: https://www.nu.or.id/tokoh/profil-kh-achmad-siddiq-pencetus-trilogi-ukhuwah-rJK61

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat WA
Butuh Bantuan?
Assalamu'alaikum
Selamat datang di website Ranting NU Pelem Kertosono.
Ada yang bisa kami bantu?